Close sites icon close
Search form

Cari untuk di situs negara.

Profil negara

Situs web negara

UNHCR: Warga sipil yang mengungsi dari Darfur dan Kordofan di Sudan menghadapi pelanggaran serius dan rute pelarian mematikan.

Catatan Pengarahan

UNHCR: Warga sipil yang mengungsi dari Darfur dan Kordofan di Sudan menghadapi pelanggaran serius dan rute pelarian mematikan.

5 Desember 2025 Tersedia juga dalam:
Orang-orang yang baru-baru ini melarikan diri dari pertempuran di El Fasher dan daerah sekitarnya menunggu bantuan di Tawila, di Negara Bagian Darfur Utara, Sudan.

Orang-orang yang baru-baru ini melarikan diri dari pertempuran di El Fasher dan daerah sekitarnya menunggu bantuan di Tawila, di Negara Bagian Darfur Utara, Sudan.

JENEWA – Sebuah krisis perlindungan di wilayah Darfur dan Kordofan, Sudan, semakin memburuk dengan sangat cepat seiring meningkatnya kekerasan yang memaksa ribuan keluarga meninggalkan rumah mereka, banyak di antaranya untuk kedua atau ketiga kalinya, demikian peringatan UNHCR, Badan Pengungsi PBB.

Keluarga-keluarga yang tiba di Tawila, sekitar 50 km dari El Fasher, dan wilayah sekitarnya, menceritakan hal yang tak terbayangkan sebelum dan selama pelarian mereka. Perempuan dan anak perempuan melaporkan pemerkosaan dan kekerasan seksual saat melarikan diri dari El Fasher. Para orang tua mencari anak-anak mereka yang hilang, banyak di antaranya mengalami trauma akibat konflik dan perjalanan berbahaya untuk mencapai tempat aman. Karena tidak mampu membayar tebusan, beberapa keluarga kehilangan kerabat laki-laki muda karena penangkapan atau perekrutan paksa oleh kelompok bersenjata.

Perjalanan menuju keselamatan menjadi semakin panjang dan berbahaya karena para pengungsi berusaha menghindari pos pemeriksaan bersenjata di rute yang lebih pendek. Sejak penguasaan El Fasher, 2.000 orang yang melarikan diri dari Darfur dan Kordofan telah tiba di Ad Dabbah di Negara Bagian Utara, beberapa menempuh lebih dari 1.000 kilometer dan kadang-kadang harus bepergian hingga 15 hari. Mereka bergabung dengan sekitar 35.000 orang yang berhasil mencapai Ad Dabbah selama pengepungan panjang, dan ribuan lainnya diperkirakan sedang dalam perjalanan. Mereka yang tiba melaporkan penjarahan barang-barang pribadi, termasuk ponsel, perhiasan, pakaian, dan uang tunai. Penyedia transportasi juga dilaporkan menuntut biaya yang sangat tinggi, menjadikan pelarian putus asa ini sebagai bentuk baru penyiksaan dan eksploitasi. Yang sangat mengkhawatirkan adalah laporan terbaru tentang orang-orang yang telah melarikan diri namun dipaksa kembali ke El Fasher oleh kelompok bersenjata di sepanjang rute pengungsian.

Pada saat yang sama, kondisi di El Fasher dengan cepat mencapai titik kritis. Jaringan masyarakat dan sumber lokal memberi tahu tim UNHCR bahwa ribuan orang—khususnya lansia, penyandang disabilitas, dan mereka yang terluka—masih terjebak, baik karena dicegah keluar dari kota maupun karena tidak memiliki kemampuan atau kekuatan untuk melarikan diri.

Hampir 100.000 orang telah mengungsi dari El Fasher dan desa-desa sekitar dalam dua minggu terakhir, mencari keselamatan di bagian lain Darfur Utara dan negara bagian tetangga. Tiga perempat dari para pengungsi baru ini sebelumnya sudah pernah terusir, terutama dari kamp Zamzam dan Abu Shouk serta lingkungan yang tidak aman di El Fasher. Konflik juga telah meluas ke bagian lain Sudan barat, termasuk Kordofan Utara, di mana konflik telah membuat hampir 50.000 orang mengungsi dalam beberapa minggu terakhir, banyak di antaranya sudah pernah melarikan diri dari gelombang pertempuran sebelumnya.

Kondisi di wilayah tujuan kedatangan, termasuk Ad Dabbah dan Tawila, tetap memprihatinkan. Orang-orang tidur di tempat terbuka, di bawah pohon, atau di tempat penampungan darurat. Air bersih, makanan, dan obat-obatan hampir tidak tersedia. Banyak keluarga tidak makan selama berhari-hari. Tenaga kesehatan memperingatkan meningkatnya malnutrisi, terutama di kalangan anak-anak dan perempuan hamil. Para pendatang baru tampak sangat trauma setelah berbulan-bulan hidup dalam pengepungan dan berulang kali mengungsi.

UNHCR dan para mitra dengan cepat meningkatkan respons bantuan untuk menjangkau mereka yang paling membutuhkan di seluruh Darfur, Kordofan, dan Negara Bagian Utara. Di Tawila, pos perlindungan telah didirikan untuk memberikan dukungan khusus, termasuk konseling, pelacakan keluarga, dan bantuan lainnya bagi mereka yang paling rentan. Anak-anak yang tidak didampingi dan yang terpisah dari keluarga juga dicatat dan dirujuk untuk menerima bantuan lebih lanjut dari penyedia layanan khusus. Mengingat pelanggaran perlindungan yang terjadi, UNHCR telah menyediakan paket PEP kepada otoritas kesehatan untuk perawatan yang diperlukan bagi penyintas pemerkosaan. Kami juga mengirimkan barang-barang rumah tangga, material tempat tinggal, dan bantuan lainnya dari Port Sudan ke lokasi-lokasi yang dapat kami akses. Tim UNHCR telah tiba di Ad Dabbah untuk merespons krisis.

UNHCR menambahkan suaranya pada seruan luas untuk penghentian segera serangan tanpa pandang bulu terhadap warga sipil serta jaminan akses aman dan bebas hambatan bagi mereka yang melarikan diri demi keselamatan. Hambatan yang terus berlanjut terhadap akses kemanusiaan membahayakan nyawa. UNHCR mendesak semua pihak untuk menghormati kewajiban mereka berdasarkan hukum humaniter internasional dan hukum hak asasi manusia, serta memberikan akses penuh, tanpa syarat, dan berkelanjutan bagi pekerja kemanusiaan untuk menyalurkan bantuan penyelamatan jiwa kepada mereka yang paling membutuhkan. UNHCR juga menyerukan perlindungan bagi para responden garis depan—terlalu banyak dari mereka yang telah kehilangan nyawa atau dilaporkan hilang.

Pada saat yang sama, UNHCR menyerukan kepada komunitas internasional untuk meningkatkan dukungan melalui pendanaan yang sangat mendesak, serta tekanan yang lebih kuat dan berkelanjutan untuk melindungi warga sipil dan memungkinkan penyaluran bantuan guna memenuhi kebutuhan yang sangat besar. Hingga kini, UNHCR baru menerima 35 persen dari sumber daya yang dibutuhkan tahun ini untuk merespons krisis di dalam Sudan dan negara-negara tujuan pengungsian, dan sangat membutuhkan US$84,2 juta untuk mempertahankan respons penyelamatan jiwa hingga tahun depan.

Sudan terus menghadapi krisis pengungsian terbesar di dunia, dengan hampir 12 juta orang terpaksa meninggalkan rumah mereka di dalam negeri maupun melintasi perbatasan. Tanpa tindakan cepat dan tegas, jutaan warga sipil Sudan, banyak di antaranya telah berulang kali mengungsi, menghadapi ancaman penderitaan dan kehilangan yang lebih besar lagi.

Untuk informasi lebih lanjut, silahkan hubungi: