Close sites icon close
Search form

Cari untuk di situs negara.

Profil negara

Situs web negara

Dua Tahun Berlalu, Sudan Adalah Bencana yang Tak Bisa Dunia Abaikan Lagi

Siaran Pers

Dua Tahun Berlalu, Sudan Adalah Bencana yang Tak Bisa Dunia Abaikan Lagi

Pernyataan ini dapat diatributkan kepada Filippo Grandi, Komisaris Tinggi PBB untuk Pengungsi.
22 April 2025 Tersedia juga dalam:
Pengungsi Sudan berkumpul saat distribusi bantuan pangan di situs darurat Adré dekat perbatasan Chad dengan Sudan, April 2025.

Pengungsi Sudan berkumpul saat distribusi bantuan pangan di situs penampungan darurat Adré dekat perbatasan Chad dengan Sudan, April 2025.

Sudan Berdarah. Rakyatnya Telah Terlalu Lama Menderita.

Warga sipil dibom setiap hari. Jutaan orang terjebak di antara konflik, pengabaian, dan dilema untuk melarikan diri.

Dua tahun perang telah menciptakan krisis kemanusiaan dan pengungsian terburuk di dunia saat ini, yang diperparah oleh pemangkasan bantuan internasional secara ekstrem. Dalam beberapa hari terakhir, kami menyaksikan serangan brutal terhadap warga rentan di Darfur Utara. Pekerja kemanusiaan termasuk di antara korban tewas. Ini adalah pelanggaran terang-terangan terhadap hukum kemanusiaan.

Rakyat Sudan dikepung dari segala arah – perang, pelanggaran hak asasi manusia yang meluas, penghinaan, kelaparan, dan kesulitan lainnya. Mereka juga menghadapi ketidakpedulian dari dunia luar, yang selama dua tahun terakhir nyaris tak menunjukkan kepedulian untuk membawa perdamaian ke Sudan atau bantuan bagi negara-negara tetangganya.

Saya baru saja kembali dari Chad, tempat perlindungan bagi hampir satu juta pengungsi Sudan yang melarikan diri dari pembantaian ini.

Orang-orang yang saya temui di perbatasan membagikan kisah-kisah yang tak seharusnya dialami siapa pun. Namun di balik rasa sakit itu, mereka berkata bahwa mereka tak lagi merasa dalam bahaya. Itulah kekuatan diam dari suaka.

Namun kekurangan pendanaan yang parah berarti kami akan kesulitan meringankan penderitaan ini. Persediaan makanan dan obat-obatan semakin menipis. Tempat tinggal sudah sangat terbatas. Kami tidak bisa memindahkan pengungsi ke wilayah yang lebih aman.

Bukan hanya warga Sudan yang kini menjadi tak terlihat. Dunia juga sebagian besar telah berpaling dari negara-negara dan komunitas yang telah menerima begitu banyak pengungsi. Chad memiliki sumber daya yang sangat terbatas, namun tetap membuka wilayahnya untuk keselamatan pengungsi. Sebanyak 1,5 juta orang telah melarikan diri ke Mesir. Ratusan ribu warga Sudan Selatan – yang dulunya juga pengungsi – telah kembali untuk menghindari kekerasan di Sudan, hanya untuk menemukan tanah air mereka sendiri kembali berada di ambang perang.

Stabilitas seluruh kawasan kini terancam. Yang dibutuhkan bukan hanya perlindungan kemanusiaan yang mendesak, tetapi juga bantuan pembangunan agar pemerintah negara tuan rumah dapat menawarkan masa depan yang lebih baik bagi para pengungsi dan rakyatnya sendiri. Mereka membutuhkan investasi dalam perdamaian, kemakmuran, dan stabilitas – dan mereka membutuhkannya sekarang.

Namun dampak dari krisis ini juga terasa jauh lebih luas. Pengungsi Sudan tiba di Uganda, dan melintasi Libya – melakukan perjalanan yang penuh bahaya – menuju Eropa. Para pengungsi ini membutuhkan dan berhak mendapatkan hak-hak dasar mereka – atas keselamatan dan martabat, pendidikan dan pekerjaan, kesehatan dan tempat tinggal, serta perdamaian. Banyak yang melakukan perjalanan ini demi mencari hak-hak tersebut, dan akan ada lebih banyak lagi yang mengikuti.

Setelah dua tahun penderitaan yang tak kunjung henti, dunia tak bisa lagi mengabaikan krisis ini. Kita harus melakukan segala upaya untuk membawa perdamaian ke Sudan. Dukungan kemanusiaan dan pembangunan harus ditingkatkan. Mengabaikan krisis ini hanya akan membawa konsekuensi yang sangat buruk.