Close sites icon close
Search form

Cari untuk di situs negara.

Profil negara

Situs web negara

Pengungsi di Indonesia Membangun Harapan dan Keterampilan melalui Program Job Readiness Support for Refugees

Cerita

Pengungsi di Indonesia Membangun Harapan dan Keterampilan melalui Program Job Readiness Support for Refugees

3 November 2025 Tersedia juga dalam:
Para pengungsi di Indonesia mengikuti program Job Readiness Support for Refugees

Para pengungsi di Indonesia mengikuti program Job Readiness Support for Refugees, di mana mereka belajar menulis CV profesional dan mempersiapkan diri untuk wawancara guna membangun karier masa depan mereka.

Di Indonesia, pengungsi tidak diizinkan bekerja secara legal. Pembatasan ini sering kali membuat mereka menunggu penempatan ke negara ketiga sambil menghadapi ketidakpastian tentang masa depan. Namun melalui program Job Readiness Support for Refugees, banyak dari mereka menemukan kembali motivasi serta mendapatkan keterampilan praktis yang membantu mereka mempersiapkan masa depan yang lebih cerah.


Inisiatif ini merupakan bagian dari Digital Livelihood Project yang didanai oleh Innovation Fund, yang bertujuan membangun keterampilan para pengungsi, khususnya di bidang digital, sehingga mereka dapat berpartisipasi dalam ekonomi digital global dan memperkuat daya saing mereka menuju solusi jangka panjang, termasuk mobilitas tenaga kerja. Proyek ini terdiri dari tiga komponen utama: pelatihan keterampilan digital, pelatihan kerja atau magang, dan dukungan kesiapan kerja (termasuk sesi tentang peluang mobilitas tenaga kerja).

Pengungsi di Indonesia berpartisipasi dalam program Job Readiness Support for Refugees

Pengungsi di Indonesia berpartisipasi dalam program Job Readiness Support for Refugees


Sesi kesiapan kerja terbaru, yang diselenggarakan pada 29 September–15 Oktober 2025, secara khusus menyasar pengungsi yang sebelumnya telah menyelesaikan pelatihan keterampilan digital dalam proyek yang sama. Kegiatan dilaksanakan di empat lokasi: Jakarta, Bogor, Medan, dan Makassar, bekerja sama dengan mitra seperti Yayasan Ruangguru, Yayasan Cita Wadah Swadaya (YCWS), dan Human Initiative.

Dari Pelatihan Menuju Kepercayaan Diri

Para pengungsi berkonsultasi dengan pemateri tentang cara menulis Curriculum Vitae (CV) yang profesional.

Para pengungsi berkonsultasi dengan pemateri tentang cara menulis Curriculum Vitae (CV) yang profesional.

Melalui lokakarya kesiapan kerja, para peserta mempelajari keterampilan penting seperti penulisan CV dan resume, teknik wawancara, serta perencanaan karier. Ini tidak hanya mempersiapkan mereka untuk pekerjaan di masa mendatang, tetapi juga memulihkan martabat, kepercayaan diri, dan kemandirian.


Bagi Mustafa, pengungsi Palestina berusia 30 tahun yang lahir di Irak, pelatihan ini menyalakan kembali semangat profesionalismenya.

Mustafa, pengungsi asal Palestina

Mustafa, pengungsi asal Palestina

“Dari pelatihan ini saya mendapatkan wawasan tentang apa yang harus dan tidak boleh saya lakukan saat menulis CV. Misalnya, saya harus menjabarkan kualifikasi saya dengan jelas dan ringkas,” ujarnya.


Sebagai lulusan teknik sipil yang juga telah menyelesaikan kursus rekayasa back-end, Mustafa bermimpi bekerja di bidang keahliannya atau di bidang IT. “Semoga suatu hari nanti saya bisa bekerja di bidang teknik sipil. Namun jika tidak, saya bisa bekerja di bidang lain. Saya suka bidang yang berhubungan dengan hal teknis, seperti IT,” tambahnya.

Pengungsi Siap Berkontribusi

Mutassim, peserta dari Sudan, menemukan inspirasi baru setelah mengikuti sesi tersebut.
“Saya belajar cara membuat CV profesional dan mempersiapkan diri untuk peluang kerja di masa depan,” katanya.

Mutassim, pengungsi asal Sudan
Mutassim, Pengungsi asal Sudan


Tinggal di Indonesia sejak 2017, Mutassim juga mewakili sebuah inisiatif yang dipimpin pengungsi, yaitu Proyek Akataka Sake. Meski ada pembatasan dalam pekerjaan formal, ia tetap optimis dan menekankan pentingnya kesempatan pelatihan berkelanjutan. “Saya merasa layak dan siap mencari peluang untuk bekerja. Hidup itu soal keberuntungan, tetapi saya akan terus mempersiapkan diri. Untungnya, UNHCR dan LSM lainnya kini menyediakan pelatihan seperti ini untuk para pengungsi. Ini memberi kami harapan bahwa mungkin suatu hari pengungsi akan bisa bekerja, baik di Indonesia maupun di negara lain.”


Ia menutup dengan pesan tulus kepada masyarakat luas: “Kita semua adalah manusia. Pengungsi bukan hanya korban. Kami memiliki keterampilan, berpendidikan, dan siap berkontribusi jika diberi kesempatan.”

Pengetahuan sebagai Kunci

Bagi Mohammad, seorang pengungsi berusia 36 tahun dari Afghanistan, program ini menjadi titik balik setelah bertahun-tahun hidup dalam ketidakpastian. Dengan latar belakang di bidang keamanan siber dan pemrograman, ia melihat teknologi sebagai alat untuk melindungi orang lain dan berkontribusi secara bermakna bagi masyarakat.

Mohammad, pengungsi asal Afghanistan

Mohammad, pengungsi asal Afghanistan


“Dari kelas keamanan siber, saya memahami banyak hal tentang bagaimana teknologi menjaga keselamatan orang. Saya menyadari bahwa dengan mempelajari pengetahuan ini, saya bisa membantu melindungi orang lain,” katanya.


Pelatihan penulisan CV dan resume juga membantunya membangun kepercayaan diri dalam menunjukkan keterampilannya. “Saya belajar cara menulis CV yang baik dan cara menarik perhatian pemberi kerja. Itu sangat membantu saya.”


Setiap kisah mencerminkan keberanian dan ketekunan banyak pengungsi di Indonesia. Mereka adalah individu-individu yang terus belajar, berharap, dan mempersiapkan masa depan yang lebih baik.

Harapan di Balik Batasan
Program Job Readiness Support for Refugees, sebagai bagian dari Digital Livelihood Project, menunjukkan bagaimana pendidikan dan pemberdayaan dapat tumbuh bahkan di tegah keterbatasan peluang. Dengan membantu pengungsi membangun keterampilan digital, profesional, dan soft skills, program ini membekali mereka untuk pekerjaan yang bermakna dan solusi jangka panjang, baik melalui penempatan ke negara ketiga, mobilitas tenaga kerja, maupun partisipasi dalam ekonomi digital.


Setiap cerita peserta mengingatkan bahwa peluang dimulai dengan kesiapan. Ketika pengungsi diberi kesempatan untuk belajar dan berkembang, mereka siap berkontribusi, membangun kembali, dan maju—di mana pun mereka berada, termasuk di komunitas negara tempat mereka mencari suaka sambil menunggu solusi.

Tentang UNHCR

UNHCR, Badan PBB Urusan Pengungsi, adalah organisasi global yang didedikasikan untuk menyelamatkan nyawa, melindungi hak-hak, dan membangun masa depan yang lebih baik bagi orang-orang yang terpaksa meninggalkan rumah mereka karena konflik dan penganiayaan. Kami memimpin aksi internasional untuk melindungi para pengungsi, komunitas yang terlantar, dan orang-orang tanpa kewarganegaraan. Kami memberikan bantuan penyelamatan jiwa, menjaga hak asasi manusia yang mendasar, dan mengembangkan solusi yang memastikan bahwa orang-orang memiliki tempat yang aman untuk disebut rumah—tempat di mana mereka dapat membangun masa depan yang lebih baik. Kami juga bekerja agar orang-orang tanpa kewarganegaraan dapat memperoleh kewarganegaraan.


Kami beroperasi di lebih dari 130 negara, menggunakan keahlian kami untuk melindungi dan merawat jutaan orang.